Selain wisata alam nan penuh pesona, Tuban juga memiliki wisata sejarah yang patut dieksplore. Kabupaten Tuban memiliki sejarah yang menarik. Sebagai tanah yang di atasnya pernah berdiri berbagai kerajaan dan merupakan saksi bisu sejarah wali songo Sunan Bonang, maka kurang sempurna rasanya jika mengunjungi daerah ini tanpa mendatangi museumnya. Ya, di Tuban, terdapat Museum Kambang Putih yang memiliki berbagai koleksi sejarah tentang Tuban dan daerah sekitarnya. Museum Kambang Putih merupakan satu-satunya tempat wisata Tuban berupa museum. Lokasi museum ini berdekatan dengan makam Sunan Bonang, Alun-alun dan juga Pantai Boom. Museum Kambang Putih hanya memiliki 1 lantai dengan luas sekitar 150 m2 saja. Namun, koleksinya mencapai 600 buah.
Di Museum Kambang Putih, banyak koleksi benda-benda bersejarah. Di ruang pertama museum tempat wisata Tuban ini, juga terdapat Museum Koes Plus Bersaudara. Mereka adalah band legendaris Indonesia yang berasal dari Tuban. Koleksi kaset-kaset dan foto-foto Koesplus sangat lengkap.
Jenis koleksi di Museum Kambang Putih mayoritas peralatan laut yang didapat dari penyelaman di laut terutama Pantai Boom. Zaman dulu Pantai Boom pernah menjadi pelabuhan terbesar berskala internasional, sehingga menyimpan banyak benda-benda yang berkaitan dengan perlengkapan kelautan dari berbagai negara.
Selain itu, Traveler juga dapat melihat fosil badak purba, fosil yang sudah berumur lebih dari 300.000 tahun ini yang ditemukan di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban. Saat pertama kali ditemukan, fosil badak purba ini sudah membatu dan mengalami silifikasi.
Traveler juga dapat menemukan berbagai koleksi arca-arca kuno. Namun, ada beberapa arca yang sudah tidak utuh, tidak lagi memiliki kepala ataupun kaki. Juga ada arca nandi. Dalam mitologi Agama Hindu, Nandi merupakan lembu yang menjadi kendaraan Dewa Siwa. Jika di dalam candi terdapat arca nandi. Maka dapat dipastikan bahwa candi tersebut merupakan tempat pemujaan Agama Hindu aliran Siwa.
Ada artefak menarik lagi di Museum Kambang Putih, yakni artefak lingga dan yoni. Dalam mitologi Hindu, Lingga merupakan perwujudan laki-laki. Ini dapat dilihat dari bentuk artefak lingga yang mirip dengan alat vital laki-laki. Sebaliknya, Yoni merupakan perwujudan perempuan. Hal ini dapat kita lihat dari bentuk yoni yang mirip dengan alat vital perempuan. Dalam agama Hindu, Lingga juga digambarkan sebagai simbol Dewa Siwa.
Diruang berikutnya, dipajang uang-uang kuno baik yang berbahan kertas maupun koin dari abad XIX-XX. Dirungan ini juga terdapat peralatan nelayan tradisional seperti dayung, jala atau jaring, tempat menyimpan ikan dan juga sepasang sandal yang terbuat dari kayu.
Di museum Kambang Putih juga menyimpan barang yang merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat Tuban yang sudah langkah ditemui di Tuban, yaitu Ongkek. Ongkek merupakan alat untuk mewadahi Legen yang merupakan minuman tradisional khas Tuban.
Lokasi Museum Kambang Putih berada di Jalan Kartini No.03, Kutorejo, Kec. Tuban, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Museum ini menempati lokasi yang sangat strategis, yakni di dekat Kantor Bupati Tuban dan alun-alun kota. Di sebelah Museum Kambang Putih, anda akan menemui makam Sunan Bonang, sosok penyebar agama Islam di Tanah Jawa.
Kata Kambang Putih berasal dari sebuah prasasti yang dibuat oleh Raja Sri Mapanji Garasakan. Kambang Putih merujuk pada sebuah wilayah yang sekarang merupakan Kabupaten Tuban. Di dalam prasasti yang bertanda tahun 1050 M tersebut, Raja Sri Mapanji Garasakan menyebutkan bahwa Kambang Putih merupakan kota pelabuhan pada masanya. Pada abad ke-XI, Kambang Putih juga menjadi tempat berlangsungnya perniagaan antar pulau, bahkan benua.
Siapa itu Raja Sri Mapanji Garasakan ? Beliau merupakan raja pertama dari Kerajaan Janggala yang memerintah dari tahun 1042 hingga 1052. Kerajaan ini merupakan hasil ‘pecahan’ dari Kerajaan Kahuripan yang dirajai oleh Airlangga. Wilayah barat dijadikan Kerajaan Kadiri, sedangkan wilayah timur dijadikan Kerajan Janggala.
Kambang Putih merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Panjalu yang berperang dengan Kerajaan Janggala ini. Dalam prasasti Kambang Putih tersebutlah, Raja Sri Mapanji Garasakan menceritakan tentang kejadian Kambang Putih yang menyerang Istana Kerajaan Janggala.
Login To Leave a Comment