






Kabupaten Tuban, Jawa
Timur merupakan kota yang bersejarah dan terkenal dengan religinya. Salah satu
wisata religi yang sangat populer adalah Makam Sunan Bonang yang setiap harinya
selalu ramai diziarahi oleh berbagai lapisan Masyarakat dari berbagai daerah. Bahkan
Wisata religi ini menembus ratusan ribu pengunjung setiap bulannya.
Makam Sunan Bonang adalah salah satu destinasi wisata religi di kabupaten Tuban. Sunan Bonang merupakan tokoh Wali Songo yang menyebarkan Islam di Tanah Jawa, salah satunya yaitu di Kabupaten Tuban. Beliau terkenal dengan keunikannya dalam dakwah, beliau menggunakan metode pewayangan dan syiir jawa. Selain itu, beliau juga dikenal dengan kecerdikan dan kefleksibelannya dalam menyampaikan ajaran Islam. Sunan Bonang dikenal sebagai penyebar Islam yang menguasai ilmu fikih, usuluddin, tasawuf, seni, sastra, arsitektur dan ilmu kedigdayaan.
Sunan Bonang adalah putra
Sunan Ampel dan Nyi Ageng Manila, nama kecilnya yaitu Maulana Makdum Ibrahim. Raden
Maulana Makdum Ibrahim ini merupakan penemu salah satu jenis gamelan dengan
tonjolan di bagian tengahnya atau yang kerap disebut Bonang, dari situlan
julukan Sunan Bonang disematkan kepadan Raden Maulana Makdum Ibrahim.
Ketika
memasuki kompleks makam Sunan Bonang yang berada di Dukuh Kauman, Kelurahan
Kutorejo, Tuban, peziarah akan menemui bukti fisik antara lain ada tiga gapura.
Gapura pertama berbentuk regol, kedua dan ketiga berbentuk Paduraksa. Gapura
yang memiliki corak Hindu-Buddha ini seperti menandakan peziarah telah memasuki
sebuah komplek tempat suci, atau bangunan penting yakni makam salah seorang
wali yang cukup disegani.
Memasuki gapura kedua, pengunjung akan melihat Masjid Astana Bonang, sebagai zawiyah (tempat menyepi) Sunan Bonang. Disebelah utara masjid ini, kita dapat melihat Gapura Paduraksa, gapura ketiga yang ada di kawasan makam ini. Di gapura ke dua dan ketiga, terdapat hiasan piring dengan ornamen motif bunga dan tulisan Arab. Tulisan tersebut salah satunya tertulis nama empat kalifah antara lain, kalifah Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali. Ada sekitar 30-an piring dengan ornamen bunga yang menghiasi Gapura Paduraksa. Peziarah juga bisa melihat tembok kelir dengan 15 piring porselin.
Setelah
itu peziarah akan menemui ratusan makam dengan jalan setapak yang sudah beratap
dan petunjuk arah menuju cungkup makam Sunan Bonang. Cungkup makam Sunan Bonang
terletak di tanah yang lebih rendah. Terlihat sebuah tangga kecil dari batu dan
sebuah pintu dari kayu jati menuju ke dalam Makam Sunan Bonang. Para peziarah
yang mendatangi Makam Sunan Bonang duduk bersila dan membaca bacaan seperti
Surat Yasin dan Tahlil. Namun, peziarah juga bisa membaca wirid berupa surah
Al-Fatihah 50 kali, surah Al-Ikhlas 50 kali, shalawat 300 kali. Bacaan ini
merupakan wirid kesukaan Sunan Bonang semasa hidupnya.
Di
sekitar area Makam Sunan Bonang terdapat bale-bale (pendopo paseban, pendopo
rante, dan pendopo tajuk) peninggalan Sunan Bonang tatkala beliau melaksanakan
pendidikan dan syiar agama. Bangunan pendopo itu bentuknya limas, umpak-umpak
yang berwarna putih dan terbuat dari tulang ikan. Adanya bangunan paseban,
adanya ukiran-ukiran khas kesenangan Sunan Bonang yang indah dengan motif
sulur-sulur daun dan hiasan tumpal, serta beberapa peninggalan purbakala
seperti tempayan, yoni, pipisan dan peti batu yang tersimpan di pendopo rante.
Luar
kompleks sunan telah berjejer rapi pedagang-pedagang yang menjual berbagai
macam oleh-oleh baik itu makanan, pakaian dan lain – lain.
Tidak ada tiket masuk untuk makam ini. Akses menuju Makam Sunan Bonang, untuk kendaraan roda dua mobil kapasitas 20 orang bisa langsung parkir di luar kompleks Makam Sunan Bonang dan parkiran Pantai BOOM, sedangkan untuk bus besar kapasitas 60 Orang bisa parkir di Lapangan Parkir Wisata di Kebonsari.
Login To Leave a Comment